Menawarkan Kesetiaan
Ferguson bukan tanpa
jejak buruk ketika menukangi Manchester United. Ia pernah gagal. Tapi sejarah
berjalan dan membuktikan, ia bertahan 26 tahun di The Red Devil. Betapa bahagia
fans MU. Mereka memiliki seorang pelatih yang setia. Dan pemilik klub yang
sabar menunggu kemampuan Fergie menggerakkan amunisinya untuk meraih
kemenangan. Jika hari ini tidak bisa ia lakukan, masih ada hari yang lain. Jika
musim ini tidak terpenuhi, masih ada musim depan untuk berbenah. Pemilik klub,
pemain, dan fans, menunggu apa yang akan dilakukan Fergie untuk membuat tim
asuhannya menang, dan menjuarai turnamen.
Kesetiaan dan kesabaran
menunggu macam itu yang di era sepak bola industri sukar ditemukan. Fergie
adalah satu sekian pelatih yang beruntung bisa bertahan begitu. Atau, yang jauh
lebih “mengagumkan” adalah Arsene Wanger. Jika dibandingkan dengan Fergie,
Wanger jauh lebih sedikit soal gelar yang di dapat. Arsenal sering
angin-anginan. Dan harus diakui, Wanger minim gelar. Tetapi posisinya, setidaknya
sampai saat ini, masih aman-aman saja.
Akan tetapi mesti diakui
bahwa keduanya memberikan warna pada klub yang ditukangi. Tentu saja dengan
proses dan waktu yang panjang. Setidaknya klub memberikan waktu untuk berbenah.
Hal ini berbanding
terbalik dengan apa yang dialami Conte dengan gonjang-ganjing pergantian pelatih
Chelsea seiring dengan merosotnya The Blues di klasemen Liga Inggris. Padahal
musim lalu, Conte memberikan gelar Premier Inggris di Musim pertamanya. Musim ini barangkali musim yang kurang baik
bagi Conte. Tetapi dari apa yang dia lakukan di musim pertama, Conte masih bisa
berbenah musim depan. Barangkali dengan amunisi-amunisi baru yang ia butuhkan.
Hal senada juga dialami
Zidane. Real Madrid memang dikenal mudah sekali menyingkirkan pelatihnya jika
mengalami musim buruk. Apa yang dialami Ancelotti beberapa musim yang lalu,
contohnya. Di musim pertamanya, Ancelotti sukses memberikan gelar Liga
Champions dan Copa Del Rey. Tetapi di musim kedua, Ancelotti kurang beruntung.
Ia tidak mendapatkan gelar sama sekali. Dan seperti yang kita lihat, Ancelotti terdepak
dari kursi kepelatihannya.
Rafael Benitez sebagai
pengganti, tidak menunjukkan perbaikan di dalam tubuh Los Blancos. Ruang ganti
memanas. Benitez tidak mampu berbuat banyak. 6 bulan berjalan, ia dienyahkan
dari kursi kepelatihan.
Zidane sukses menggantikan
Rafa dengan gelar Liga Champions. Zidane yang awalnya hanya digadang sebagai
pengganti sementara, akhirnya meneruskan suksesnya di musim kedua. Ia berhasil
menyabet gelar domestik dan Liga Champions. Dari seluruh pagelaran resmi,
Madrid hanya nihil Copa Del Rey.
Tetapi, seperti yang
kita lihat, musim ini Madrid bermain di bawah standart musim lalu. Berada di
posisi 4 dengan tertinggal 19 poin dari Barcelona, serta tersingkir dari Copa
Del Rey membuat kursi kepelatihan Zidane gonjang ganjing. Madrid punya riwayat
buruk soal pergantian pelatih.
Semestinya, melihat apa
yang sudah dilakukan oleh Zidane, Perez bisa bersabar dan menanti Zidane
berbenah. Setidaknya untuk musim depan. Sebab tangan dingin Zizou terbukti
memberikan banyak gelar di musim yang ia jalani. Sejauh ini, ia adalah pelatih
yang tersukses madrid dengan 8 gelar di 1 musim setengahnya. Zidane sangat
mungkin bisa berbenah musim depan. Dan mungkin floop kembali di musim
berikutnya. Setidaknya, ada waktu yang diberikan untuk memperbaiki diri. Dan Zidane
punya modal kemampuan untuk berbenah di musim berikutnya. Jangan buru-buru
berganti. Belajarlah sedikit setia, dan bersabar. Pelatih butuh waktu, untuk
memperbaiki diri.
Komentar
Posting Komentar